Kenaikan Harga Terigu Picu Penyesuaian Harga Produk Turunannya

BANDUNG,(PRLM).- Harga jual produk turunan berbahan baku terigu di pasar ritel belum mengalami perubahan, berkaitan dengan penerapan bea masuk impor sebesar 5 persen. Penyesuaian harga baru diberlakukan jika harga dari pabrik mulai naik.

“Kami tidak akan menaikkan harga jika harga produsen masih tetap,” kata Sekretaris Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jawa Barat, Henri Hendarta, Minggu (1/1).

Pernyataan tersebut dikemukakan menyusul berlakunya PMK nomor 13/PMK.011/2011, yang di antaranya mengatur pemberlakuan bea masuk terigu sebesar 5 persen, terhitung 1 Januari 2012.

Diakuinya, kontribusi makanan berbahan dasar terigu untuk pengusaha ritel terbilang besar. Saat ini, kata Henri, sekitar 25 persen produk yang dijual di pasar ritel adalah produk konsumsi dengan bahan baku terigu. Produk yang dimaksud di antaranya, mi instan, biskuit, roti, serta berbagai jenis makanan lain.

Namun dia mengatakan, komoditas yang saat ini dijual di pasar ritel diproduksi sebelum bea masuk diberlakukan. Dengan demikian, harga jual masih belum berubah. Sebagai bahan yang cenderung tidak mudah rusak, pabrikan makanan berbahan terigu biasanya menyimpan bahan baku dalam waktu tertentu.

Lebih lanjut dia menuturkan, penyesuaian harga tidak bisa diprediksikan, baik dari sisi waktu maupun besaran harga. Harga jual di peritel yang berada di tengah mata rantai distribusi bergantung pasokan dari produsen. “Kalau bea masuk impor sebesar 5 persen, kenaikan harga produk belum tentu sama nominalnya,” kata Henri.

Kenaikan harga terigu juga berdampak terhadap pengusaha makanan. Corporate Secretary J&C Cookies, Lucky D. Aria menuturkan, harga jual akan ikut menyesuaikan jika bahan baku naik. Namun kapasitas produksi cenderung tetap, dengan serapan bahan baku sekitar 30 ton per bulan. “Jadinya ya harus bisa menyesuaikan,” katanya.

Sebelum berlakunya bea masuk impor terigu, dia mengatakan, sebenarnya harga terigu sudah beberapa kali mengalami kenaikan. Menyiasati kenaikan harga bahan baku, Lucky mengatakan, pihaknya menerapkan upaya jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, kenaikan harga bahan baku disiasati dengan menggunakan stok lama yang belum terjual.

Sementara untuk jangka panjang, kata Lucky, pihaknya melakukan evaluasi per semester. Jika dirasa memungkinkan, harga jual diupayakan sama, meski harga bahan baku naik. Sebaliknya, jika hitungan hasil evaluasi dirasa tidak memungkinkan bertahan dengan harga lama, maka harga jual dipastikan akan ikut naik.

Sumber.

We use cookies to improve your experience on our website. By browsing this website, you agree to our use of cookies.
  We hate spam and never share your details.