Brand J&C Cookies Lahir dari Proses Autodidak

9 Finalis PR Award 2011SYARAT keberhasilan mengelola usaha kue harus memiliki latar belakang pendidikan formal di bidang kuliner atau memiliki bakat, hobi membuat kue sejak kecil, bisa dipatahkan pemilik yang juga pendiri JC Cookies, Diah Susilawati dan Dedi Hidayat

Mitos itu tidak berlaku bagi mereka, sebab hanya dengan belajar autodidak di sela-sela waktu menunggu suami pulang bekerja, keahlian membuat kue diperoleh Diah. Keduanya pun tidak memiliki latar belakang pendidikan kuliner formal. Diah sarjana lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Administrasi Negara, Universitas Parahyangan Bandung, sedangkan Dedi sarjana Fakultas Ilmu Pasti dan Pengetahuan Alam Jurusan Matematika Universitas Padjadjaran. Dengan modal ketekunan, keuletan, dan tetap menjaga kualitas produk, dalam kurun waktu 15 tahun, keduanya ber-

hasilmenghantarkan JC Cookies menjadi salah satu best brand home made cookies di Indonesia. Bahkan, produknya dipasarkan hingga ke Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam, walaupun sejauh ini belum mengusung brand sendiri. “Selama ini produk kami diekspor ke Singapura tanpa menggunakan brand JC Cookies, polos. Di sana di-branding dengan brand setempat,” ujar Direktur Utama JC

Cookies, Jodi Janitra, ditemui di salah satu out/ef-nya di Bo-ber Cafe, Jln. R.E. Martadinata, Bandung, Sabtu (12/3).

Di Singapura, produknya bisa didapatkan dengan mudah di sejumlah mal-mal ternama, termasuk di Takhasimaya, salah satu mal terbesar di Negeri Singa. Total, pasar mancanegara menyerap sedikitnya 30.000 toples per tahun.

Namun, menurut putra pertama sang pemilik, Diah dan Dedi Hidayat, tersebut, seiring semakin diperhitungkannya brand JC Cookies, mulai tahun ini produknya akan dipasarkan di Malaysia dan Singapura dengan brand sendiri.

J&C Cookies @ Bober CafeDua juta

Pesatnya pertumbuhan usaha tentu menggiring pada opini bahwa ia dibangung dengan modal yang sangat besar. Namun, opini ini kembali termen-tahkan karena ternyata usaha yang didirikan pada 1996 itu hanya bermodal awal Rp 2 juta. Walaupun dalam perjalanan-nya sudah beberapa kali mendapatkan suntikan modal.

Awalnya, Diah bersama Dedi menjalankan usaha ini tanpa bantuan satu pun tenaga kerja. Namun, seiring pertumbuhan permintaan, saat ini sedikitnya seratus orang tenaga kerja bernaung di perusahaan tersebut.

“Kalau mau Lebaran jumlah tenaga kerja bisa sampai 400 orang,” kata Jodi, seraya menambahkan bahwa 80 persen dari tenaga kerja di perusahaannya berasal dari kampung di sekitar Bojong Koneng.

Inovasi juga menjadi salah satu kunci sukses J CCoo-kies. Berawal dari hanya enam jenis kue kering, seperti putri salju, kastengel, nastar, dll. saat ini sudah berkembang menjadi sekitar 60 jenis kue. Pada 11 April depan empat varian kue baru dan unik akan diluncurkan, bertepatan dengan ulang tahun ke-15 JC Cookies.

Jatuh bangun

Diakui Jodi, usaha yang dirintis orang tuanya denganmenggunakan nama Joyci Cookies yang berasal dari nama ke dua anak mereka, Jodi dan Cindy, bukan tanpa ujian. Usaha yang awalnya mengusung konsep bakery itu sempat dilanda badai krisis ekonomi 1998.

Daya beli masyarakat yang menurun drastis dan daya tahan roti yang singkat, hanya 3-4 hari, mengguncang perusahaan itu. Dengan kejelian kedua orang tuanya, akhirnya mereka memfokuskan usahanya di sektor kue kering. Langkah itu bukan hanya menyelamatkan Joyci, tetapi juga mengantarkannya menuju posisi saat ini.

Dalam perkembangannya, kesuksesan usaha Joyci juga menginspirasi enam orang saudara kandung sang pemilik untuk terjun di sektor usaha yang sama. Dalam perkembangannya, mereka juga mencicipi buah kesuksesan bisnis kue kering.

Namun, permasalahan Joyci tidak berhenti sampai di sana.

Saat mereka mulai menyadari arti penting brand dan mendaftarkan patennya pada 2002, Diah dan Dedi harus menelan kekecewaan. Brand itu sudah digunakan orang lain. Mereka pun memilih nama JC Coo-kies yang dipertahankan sampai sekarang. Begitulah buah dari ketekunan, konsistensi, inovasi, dan pantang menyerah membuat usaha kue kering tak sekering namanya. (Rika Rachmawati/PR”)***

We use cookies to improve your experience on our website. By browsing this website, you agree to our use of cookies.
  We hate spam and never share your details.